Hingga
abad ke 18 dan masa pencerahan (sebuah gerakan intelektual Eropa),
sebagian besar pemikiran mengenai asal-usul bahasa berasumsi bahwa
bahasa dimulai sejak adam dan hawa di Taman Firdaus. Teori terbaru
mengenai asal usul bahasa adalah bahwa gerakan-gerakan tangan sederhana
digunakan sejak 6 atau 7 juta tahun yang lalu, tak lama setelah garis
keturunan (evolusi) manusia terpisah dengan kera. Teriakan digunakan
untuk seruan ketakutan atau ledakan emosi. Sekitar 5 juta yahun yang
lalu, hominid awal yang dikenal sebagai Australopithecus mulai berjalan
tegak, dan sebuah bentuk gerakan tangan yang lebih rumit mungkin
digunakan sejak itu. kemudian 2 juta tahun yang lalu, ukuran otak
bertambah dan gerakan tangan digunakan dalam berbagai kombinasi untuk
mengekspresikan gagasan, dan tetap menjadi cara komunikasi yang utama.
Sekitar 100.000 tahun yang lalu, homo sapiens mungkin telah mengubah cara komunikasi utama dari gerakan tangan dan muka menjadi vokalisasi dan penggunaan suara-suara yang berbeda untuk menyampaikan berbagai makna. Lambat laun, gerakan isyarat berkurang meskipun kita masih menggunakannya sekarang untuk menegaskan pembicaraan, bahkan saat kita melakukan komunikasi melalui telepon ketika orang yang kita ajak bicara diujung sana tidak bisa melihat gerakan kita.
Bahasa lisan paling tua hampir bisa dipastikan adalah bahasa Maya yang telah ada sejak tujuh ribu tahun yang lalu ketika suku Maya bermigrasi ke selatan menuju Meksiko. Ada 30 bahasa Maya sebagai bahasa lisan sekarang ini, masing-masing begitu dekat hubungannya sehingga para ahli bahasa percaya seluruh bahasa itu berasal dari satu bahasa proto-Maya
Sedangkan bahasa tulisan pertama dikembangkan oleh bangsa Sumeria sejak lebih dari lima ribu tahun yang lalu. Bahasa tulisan pertama saat itu adalah "Cuneiform". Hurufnya berbentuk paku yang aneh dan itu merupakan pengembngan piktogram-piktogram yang lebih awal. Cuneiform adalah bahasa pertama yang bisa menyampaikan ide-ide dan suara - suara abstrak. Hanya ada 2 angka dalam cuneiform, bentuk paku vertikal atau angka satu dan bentuk paku horisontal untuk angka sepuluh.
beberapa spekulasi lain adalah :
- Bow-wow. Teori bow-wow atau cuckoo, yang Muller atribusikan kepada filsuf Jerman Johann Gottfried Herder, melihat kata-kata bermula sebagai imitasi dari teriakan hewan-hewan liar atau burung.
- Pooh-pooh. Teori Pooh-Pooh melihat kata-kata pertama sebagai seru-seruan emosional dipicu oleh rasa sakit, senang, terkejut, dan lainnya.
- Ding-dong. Müller menyarankan apa yang dia sebut dengan teori Ding-Dong, yang menyatakan bahwa semua mahluk memiliki sebuah getaran resonansi alami, digemakan oleh manusia dalam perkataan awalnya dengan suatu cara.
- Yo-he-ho. Teoriyo-he-ho melihat bahasa muncul dari kegiatan kerja sama yang teratur, usaha untuk sinkronisasi otot menghasilkan suatu suara yang 'menghela' bergantian dengan suara seperti ho.
- Ta-ta. Teori ini tidak ada dalam daftar Max Müller, tapi diajukan oleh Sir Richard Paget pada tahun 1930. Menurut teori ta-ta, manusia membuat perkataan pertama dengan menggerakan lidah yang meniru gerakan manual, membuatnya terdengar bersuara.
Banyak
ilmuwan saat ini menganggap semua teori tersebut tidak begitu banyak
yang salah -- adakalanya mereka menawarkan wawasan -- seperti naif
komikal dan tidak relevan. Permasalahannya dengan teori tersebut yaitu
mereka hampir mekanistik. Mereka mengasumsikan bahwa sekali leluhur kita
menyadari kejeniusan mekanisme untuk menghubungkan suara dengan makna,
bahasa secara otomatis berkembang.
Permasalahan reliabilitas dan kecurangan
Dari
perspektif ilmu modern Darwin, rintangan utama dari evolusi komunikasi
mirip-bahasa di alam bukanlah mekanisme. Melainkan, fakta bahwa
simbol-simbol -- asosiasi acak antara suara atau suatu bentuk yang
tampak dengan maknanya -- adalah tidak dapat diandalkan dan bisa saja
salah. Seperti bunyi peribahasa, 'Berbicara itu gampang'. Permasalahan
reliabilitas tidak dikenali oleh Darwin, Müller atau oleh ahli teori
evolusi awal.
Sinyal
vokal hewan pada umumnya secara intrinsik dapat diandalkan. Pada saat
seekor kucing mendengkur, sinyal tersebut menandakan bukti langsung
bahwa hewan berada pada keadaan senang. Kita dapat 'percaya' kepada
sinyal tersebut bukan karena kucing itu jujur, tetapi karena suara itu
tidak dapat dipalsukan. Seruan vokal primata bisa saja lebih dapat
dimanipulasi, tetapi mereka tetap dapat diandalkan untuk beberapa alasan
-- karena mereka susah untuk dipalsukan. Intelijensi sosial primata
disebut Machiavellian -- melayani diri sendiri dan tidak dibatasi oleh
moral. Monyet dan kera terkadang mencoba menipu satu sama lain,
sementara pada saat bersamaan berjaga-jaga agar tidak menjadi korban
dari penipuan itu sendiri. Paradoksnya, justru resistensi dari primata
terhadap penipuan menghambat evolusi sistem sinyal mereka bersama dengan
perkataan yang mirip-bahasa. Bahasa ditolak karena cara terbaik untuk
mencegah dari tertipu adalah dengan mengabaikan semua sinyal kecuali
yang reliabilitasnya dapat diperiksa langsung. Perkataan secara otomatis
gagal dalam tes ini.
Kata-kata
sangat mudah dipalsukan. Jika mereka seringkali berbentuk kebohongan,
pendengar akan beradaptasi dengan mengabaikan mereka. Supaya bahasa
dapat bekerja, pendengar haruslah yakin bahwa pembicara berbicara jujur
secara umum. Fitur aneh pada bahasa adalah 'referensi terlantar', yang
berarti referensi terhadap topik diluar situasi yang sekarang dialami.
Properti ini mencegah ucapan-ucapan menjadi suatu kebenaran 'di sini'
dan 'sekarang' secara langsung. Bahasa, karena alasan tersebut,
mengasumsikan tingkat kepercayaan yang tidak biasa. Teori dari asal
mulanya harusnya menjelaskan kenapa manusia dapat mempercayai satu sama
lain dengan suatu cara dimana binatang lain tidak bisa (lihat teori
sinyal).
Hipotesis 'bahasa ibu'
Hipotesis
'bahasa ibu' di ajukan pada tahun 2004 sebagai solusi yang mungkin
dari masalah ini. W. Tecumseh Fitch menyatakan bahwa prinsip Darwinian
dari 'seleksi saudara' -- ketertarikan konvergensi genetis antara
kerabat -- bisa jadi bagian dari jawaban. Fitch menyarankan bahwa
bahasa bermula dari 'bahasa ibu'. Jika bahasa berevolusi pada awalnya
untuk komunikasi antara ibu dan turunan biologisnya sendiri, berkembang
lebih lanjut mengikutkan kerabat dewasa juga, ketertarikan antara
pembicara dan pendengar pastinya suatu kebetulan. Fitch beralasan bahwa
ketertarikan genetis yang sama menyebabkan kepercayaan dan kerjasama
yang cukup untuk sinyal yang secara intrinsik tidak dapat dipercaya --
perkataan -- supaya dapat diterima sebagai sesuatu yang terpercaya dan
mulai berkembang untuk pertama kalinya.
Kritik
terhadap teori ini menunjuk pada seleksi kerabat tidak hanya unik pada
manusia. Ibu kera juga berbagi gen dengan turunannya, sebagaimana
binatang lainnya, lalu kenapa hanya manusia yang berbicara? Lebih
lanjut, sangat susah untuk percaya bahwa manusia awal membatasi
komunikasi linguistik hanya pada saudara genetis: tabu mengenai inses
pasti memaksa laki dan wanita berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang
bukan saudara. Jadi, walaupun kita menerima premis pertama Fitch,
penyebab dari hubungan 'bahasa ibu' dari kerabat kepada non-kerabat
tetap tidak dapat dijelaskan.
Hipotesis 'altruisme timbal balik wajib'
Ib
Ulbaek menyebutkan prinsip Darwinian lain -- 'altruisme timbal-balik'
-- untuk menjelaskan tingkat kejujuran tinggi yang diperlukan oleh
bahasa untuk berkembang. 'Altruism timbal-balik' dapat diekspresikan
sebagai prinsip yang jika kamu menggaruk belakang saya, saya akan
menggaruk punyamu juga. Dalam istilah linguistik, ia dapat berarti jika
kamu berkata jujur pada saya, saya akan jujur juga padamu. Altruism
timbal-balik Darwin umumnya, Ulbrek menunjukkan, adalah sebuah hubungan
yang terjalin antara interaksi individu-individu yang sering terjadi.
Supaya bahasa menguasai seluruh komunitas, bagaimanapun juga, suatu
pertukaran diperlukan secara paksa secara universal tidak hanya
dibiarkan sebagai pilihan individu. Ulbek menyimpulkan bahwa supaya
bahasa dapat berkembang, masyarakat awal secara keseluruhan pastinya
subjek dari regulasi moral.
Kritik
menunjukkan bahwa teori ini gagal menjelaskan kapan, bagaimana, kenapa
atau oleh siapa 'altruisme timbal balik wajib' dapat mungkin
ditegakkan. Berbagai proposal telah diajukan untuk memperbaiki
kekurangan ini. Kritikan lebih lanjut adalah bahwa bahasa tidak bekerja
berdasarkan altruisme timbal-balik. Manusia dalam percakapan grup
tidak menyimpan semua informasi kecuali pendengar mau memberikan
informasi berharga sebagai balasan. Secara berlawanan, mereka tampak
ingin menampilkan kepada dunia akses mereka terhadap informasi yang
berhubungan secara sosial, menyebarkannya kepada siapa saja yang mau
mendengarkan tanpa menginginkan kembalian.
Hipotesis gosip dan perawatan
Gosip,
menurut Robin Dunbar, dilakukan kelompok manusia dimana merawat
berlaku pada primata lainnya -- ia membolehkan individu untuk melayani
hubungan mereka dan menjaga persekutuan mereka dengan prinsip dasar,
Jika kamu menggaruk belakang saya, saya akan menggaruk punyamu juga.
Saat manusia mulai hidup di grup sosial yang semakin besar, pekerjaan
merawat semua teman dan kenalan menjadi memakan waktu dan tidak
terjangkau. Merespon permasalahan ini, manusia menciptakan 'perawatan
yang murah dan sangat efisien' -- perawatan vokal. Untuk membuat teman
bahagia, sekarang anda cukup 'merawat' mereka dengan suara vokal yang
rendah, melayani sejumlah sekutu secara bersamaan sementara membuat
kedua tangan bebas untuk pekerjaan lainnya. Perawatan vokal kemudian
berkembang secara bertahap menjadi bahasa percakapan -- awalnya dalam
bentuk 'gosip'.
Kritik
terhadap teori ini menunjuk pada efisiensi dari 'perawatan vokal' --
fakta bahwa bicara itu gampang -- akan merusak kapasitasnya untuk
mensinyalkan sejenis komitmen yang disampaikan dengan perawatan manual
yang berharga dan memakan waktu. Kritikan lebih lanjut adalah bahwa
teori ini tidak menjelaskan transisi krusial dari perawatan vokal --
produksi suara yang menenangkan tapi tidak berarti -- ke kompleksitas
kognitif dari berbicara secara sintaks.
Koevolusi ritual/bicara
Teori
koevolusi ritual/bicara awalnya diajukan oleh antropolog sosial
terkenal Roy Rappaport sebelum dielaborasi oleh antropolog seperti Chris
Knight, Jerome Lewis, Nick Enfield, Camilla Power dan Ian Watts.
Ilmuwan kognitif dan insiyur robotik Luc Steels adalah pendukung penting
dari pendekatan ini, seperti juga antropologis/neurosains biologis
Terrence Deacon.
Ilmuwan
tersebut beralasan bahwa tidak ada yang namanya 'teori asal mula
bahasa'. Hal ini dikarenakan bahasa bukanlah sebuah adaptasi terpisah
tapi sebuah aspek internal yang lebih luas -- dinamakan, kultur simbolis
manusia secara keseluruhan. Mencoba menjelaskan bahasa secara
independen dalam konteks yang luas ini secara spektakuler gagal, para
ilmuwan tersebut mengatakan, karena mereka menangani masalah tanpa
solusi. Bisakah kita membayangkan seorang ahli sejarah mencoba
menjelaskan munculnya kartu kredit secara tersendiri dalam sistem yang
luas dimana ia adalah sebuah bagian? Menggunakan kartu kredit masuk akal
jika anda memiliki rekening bank secara institusi dikenal dalam suatu
jenis masyarakat kapitalis maju -- suatu sistem dimana teknologi
komunikasi elektronik dan komputer digital telah ditemukan dan
penggelapan dan dideteksi dan dicegah. Dalam hal yang sama, bahasa tidak
akan bekerja diluar susunan institusi dan mekanisme sosial. Sebagai
contohnya, ia tidak akan bekerja bagi seekor kera yang berkomunikasi
dengan kera lain di dunia liar. Bahkan tidak untuk kera tercerdas pun
dapat membuat bahasa bekerja di bawah kondisi tersebut.
copas ; http://wisnugenko.blogspot.com/2012/04/sejarah-bahasa.html
copas ; http://wisnugenko.blogspot.com/2012/04/sejarah-bahasa.html
0 komentar:
Posting Komentar